Pages

Minggu, 24 April 2011

Kata “kesusastraan” berasal dari kata “susastra” yang memperoleh konfiks “ke—an”. Dalam hal ini, konfiks “ke-an” mengandung makna tentang atau hal. Kata “susastra terdiri atas dasar kata “sastra” yang berarti tulisan yang mendapat awalan “su” yang berarti baik atau indah. Dengan demikian, secara etimologi keta kesusastraan”berarti pembicaraan tentang berbagai tulisan yang indah bentuknya dan mulia isinya. Sementara itu Dr. Bun Sri Umaryati menguraikan bahwa hakekat sastra secara etimologis yaitu adalah bagus, indah: “sastra” yaitu tulisan. Dan ke-an” adalah kelompok, himpunan, jadi kesusastraan ialah himpunan tulisan yang indah, dan banyak lagi yang mendefinisikan tentang pengertian kesusastraan ini tergantung kepada teori yang digunakan untuk menjelaskannya.
Keindahan bentuk hasil kesusastraan yang kemudian lazim disebut karya sastra terlihat dari penampilan sosok fisik atau bentuknya yaitu prosa, puisi, prosa lirik, drama maupun bentuk lainya, baik yang tergolong kedalam kesusastraan lama, masa peralihan, kesusastraan modern bahkan kontemporer.
Dalam semua bentuk sastra yang dikemukakan tadi, ditilik dari persajakan atau persamaan bunyi, pengaturan lirik, pembentuan irama, pilihan kata, hingga penggunaan gaya bahasa dan berbagai cara penampilan yang menonjolkan aspek estetik, pada hakikatnya,adalah perwujudan karya sastra dari sisi pandang bentuk.
Sementara dari sisi pandang sisi, karya sastrra selalu menghadirkan sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia. Dengan terpenuhinya dua persyaratan, yakni bentuk dan isi, orangpun mengatakan bahwa karya sastra merupakan Dulce Et Utile, artinya bila ditinjau dari segi bentuk karya sastra adalah sesuatu yang dapat menyenangkan hati, sedangkan bila dilihat dari segi isi, karya sastra memiliki nilai kegunaan bagi siapa saja yang mampu mengapresiasi. Karya sastra bukan sekedar dibaca dan dihayati sebagai pengisi waktu, melainkan didalamnya terkandung nilai-nilai yang bermakna bagi kehidupan.
Kebenaran akan makna yang diungkapkan diatas sudah cukup teruji sepanjang sejarah kebudayaan manusia. Kata-kata Empu Walmiki “selama gunung masih tegak dan laut masih bergelora, Ramayana akan berkumandang diseluruh dunia”, terbukti benar dan masih berlaku hingga saat ini.
Ramayana adalah sebuah kisah kepahlawanan yang memiliki zaman keemasan antara 200 tahun SM – 200 tahun M. Ramayana tetap eksis hingga sekarang, tidak tenggelam oleh gemerlapnya peradaban modern dengan segala pesonanya. Dengan diwakili oleh suatu karya sastra ini saja, kiranya mudahlah dimengerti bahwa karya sastra merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan dapat dikatakan bahwa dari kesusastraan yang dihasilkan dapat tercermin peradaban manusia pendukungnya.



Andriani, Rina. 2003. Diktat Sejarah Sastra. Bale Bandung.
IBU AKU

Ada tamu cepat berjamu
Biar pahit gila, tetap ia berlanggan
Wah celaka, bila itu adalah susu
Bisa kering nanti segala puting
Kalau demikian adanya, aku takkan bisa menyusu kalau begitu
“Apa kita rebutan saja ya?”
Alamak apa yang dibawanya itu?
(Surat pelayanan tamu), dan aku tertawa
(perpanjangan), demikian juga
(ijin); (usaha) ”hm”,
Tentu aku tak mau kalah
Aku menangis sejadi-jadinya
Alamak! Dia pakai toa dikuping ibuku
BERKAS!; PERPANJANGAN!; IJIN!; USAHA!
LANJUT!
Aku jadi malu, sudahlah ibuku untukmu.

Sopyan. Hardyansyah
Bu…

Praktik.
Hak dan kewajiban, itu katamu, dulu
Ing ngarso sing tulodo
Ing madya mangun karso
Tut wuri handayani
Aku terharu dan merengek


Sopyan. Hardyansyah

CERITA IBU PADAKU

Sanggar atap debu
Nampak kumuh tek terurus
Belum lagi curut dan bau
Ku pandangi raut ibu,
Dan ku dengar-dengarkan ceritanya.

Katanya,
Kata ibu,
Bahasaku kini taklaku
Belum lagi anakku,
Mereka tak mau terkesan kampung,
dialek yang ku ajarkan banyak yang diganti,
bahkan tak di gunakan lagi.




Sopyan. Hardyansyah





TANYAKKU

Ibu mana kala kita kedatangan tamu,
Mengapa ibu suguhkan jamu.

Ibu tetangga kita bertamu,,,
Tapi mengapa katanya tak ada jamu

Ibu lihat tetangga kita masuk tv
Ibu mengapa yang diceritakan,
Tak ada jamu?! di rumah tetangga.

Ah,, masa iyah yah bu, tak ada jamu
Bu, ibu kita masih banyak cadangan bidang jamuan
Bukan?

Sopyan. Hardyansyah

Kamis, 14 April 2011

vintage paper

vintage paper

BAGAIMANA CARA MELAKUKAN PRABACA

Prabaca merupakan suatu usaha sebelum melakukan aktivitas membaca, dengan tujuan untuk mengidentifikasi ide-ide yang sangat penting yang terkandung didalam bacaan, dan memperhatikan aspek organisasinya. Berkaitan dengan prabaca seorang pembaca biasanya memilih terlebih dahulu teks bacaannya, agar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Beragamnya jenis teks bacaan dapat mempengaruhi terhadap pemahaman, dan apresiasi pembaca terhadap teks bacaannya, hal seperti ini biasa disebut respon.
Penetapan tujuan pada prabaca dapat membantu untuk memfokuskan pencarian terhadap isi teks yang akan dibaca, sehingga apa yang menjadi sasaran ketika menetapkan tujuan dapat ditemukan secara efektif, dan efisien. Berkaitan dengan tujuan membaca, ada beberapa tujuan yang biasa digunakan oleh seorang pembaca sebelum memulai aktivitas membacanya seperti:
• Membaca untuk mengisi waktu luang.
• Membaca untuk memperoleh informasi.
• Membaca untuk menambah ilmu pengetahuan.
• Membaca untuk menghibur diri (to entertain).
• Membaca untuk menemukan gagasan-gagasan suatu bacaan, dan lain-lain disesuaikan dengan tujuan pembaca.
Setelah merumuskan tujuan prabaca, tentu pemikiran terhadap teks bacaanpun akan dilakukan. Ketika kita telah mendapatkan buku yang dianggap dapat menunjang tujuan, pengorganisasian bacaanpun perlu diperhatikan, agar tercapai suatu kesistematisan keilmuannya. Suatu keilmuan dapat dikatakan sebagai ilmu, apabila sistematis, rasional, dan bersifat universal.
Prabaca dikatakan tidak berlaku apabila yang dibaca merupakan teks sasra seperti puisi, novel, hikayat dan lain sebagainya. Karena ide pokok tidak tersirat melainkan tersurat didalam paragraf. Sehingga untuk menemukannya perlu adanya pengkajian terhadap teks itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan media bahasa yang digunakan dalam sastra merupakan bahasa yang bersifat deotonatisasi dan bukan bahasa familiar yang sering digunakan sehari-hari. Bukan hanya itu saja seringkali makna yang diketengahkan bukanlah makna yang sebenarnya (konotasi).

Prabaca paling baik digunakan untuk tulisan ekspositoris, materi faktual yang benar-benar disusun dengan baik. Prabaca bukan merupakan strategi yang baik untuk dipakai ketika membaca novel, puisi, artikel naratif, essai, dan cerita pendek. Meskipun begitu, kita akan menemukan teknik prabaca sebenarnya mudah diadaptasikan pada bermacam-macam tipe tulisan yang dibaca.

Untuk melakukan prabaca, pembaca harus memperhatikan tiap-tiap item berikut:
a. Membaca Judul dan Subjudul
Judul mencerminkan seluruh topik suatu artikel atau bab; subjudul menampilkan fokus, aspek, atau pendekatan seluruh topik secara spesifik.

b. Membaca Pedahuluan atau Paragraf Pertama
Pendahuluan, atau paragraf pertama jika tanpa pendahuluan, membantu mengarahkan pada bab. Hal itu memberi Anda suatu ide di mana permulaan materi bacaan dan di mana hedingnya.

c. Membaca Masing-Masing Heading yang Ditebalkan (Dihitamkan)
Fungsi heading adalah sebagai label atau kalimat topik yang menjadi kandungan dalam suatu bagian yang mengikutinya. Dengan kata lain, suatu heding mengungkapkan topik utama bagian masing-masing. Memang boleh jadi tidak setiap bagian dalam bacaan memiliki heding, atau bacaan tanpa heding.

d. Membaca Kalimat Pertama di Bawah Heading
Kalimat pertama pada Anda sering berbicara tentang apa suatu paragraf itu atau bagian ide pokok. Tapi bagaimanapun Anda perlu waspada, beberapa tipe bacaan atau untuk gaya tulisan tertentu, kalimat pertama tidak berfunsgsi sebagai ide pokok. Kalimat pembuka malah boleh jadi digunakan sebagai suatu transisi atau pernyataan yang mengarahkan, atau boleh jadi dimaksudkan untuk menarik perhatian. Jika kalimat pertama tampaknya tidak penting, baca kalimat terakhir; sering kalimat ini merupakan bagian atau pengulangan bagian ide pokok.

e. Memperhatikan Kelengkapan Tipografis
Tulisan miring digunakan untuk menekankan terminologi dan definisi-definisi penting dengan menggunakan tipe tulisan yang condong (miring) dimaksudkan untuk membedakannya dari sisa paragraf. Grafik, bagan, gambar, tabel merupakan yang lain untuk menekankan dan penekanan biasanya dimaksudkan untuk membutiri sesuatu yang penting dalam sebuah bab. Pastikan untuk membaca judul gambar dan keterangan grafik, bagan, atau tabel. Perhatikan juga penomoran 1, 2, 3, pamakaian huruf a, b, c atau daftar formulir yang disajikan.

f. Membaca Paragraf Akhir atau Ringkasan
Ringkasan atau paragraf terakhir memberi pandangan ringkas suatu bab dan membantu Anda mengidentifikasi ide-ide kunci. Sering ringkasan merupakan kerangka butir-butir kunci dalam bab itu.

g. Membaca dengan Cepat Akhir Artikel atau Bab
Hal ini mungkin termasuk referensi, pertanyaan-pertanyaan, daftar kosakata, atau informasi biografi penulis. Bahan-bahan ini akan sangat berguna kemudian ketika Anda membaca dan mempelajari artikel atau bab, dan ini penting, sebagai bagian dari prabaca, untuk diperhatikan jika bahan-bahan itu tersedia. Jika di sana terdapat pertanyaan-pertanyaan, itu sangat berguna untuk membacanya dengan cepat karena hal itu menjadi indikasi apa yang penting di dalam sebuah bab. Jika daftar kosakata ada, bacalah selintas untuk mengidentifikasi istilah-istilah yang akan Anda perlukan saat membaca.

Selasa, 12 April 2011

Kesusastraan

Ada beberapa kategori yang dapat dimasukan kedalam sastra, seperti puisi, prosa, drama, kaligrafi, sajak, hikayat, pantun, gurindam, dan lukisan. Karena banyakna jenis karya sastra yang dapat digolongkan kedalam kategori sastra, maka sastra dibagi kedalam tiga genre, yakni puisi, prosa, dan drama.

Minggu, 10 April 2011

UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN AGAR DAPAT BERKONSENTRASI

UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN AGAR DAPAT BERKONSENTRASI

Konsentrasi merupakan suatu aktivitas dalam memusatkan perhatian terhadap sesuatu. Berkaitan dengan konsentrasi berikut ada beberapa cara untuk menjaga kefokuskan perhatian, diantaranya adalah:
• Memberi tujuan pada terhadap apa yang akan dilakukan
Pemberian tujuan merupakan salah satu upaya dalam perencanaan aktivitas yang akan dilakukan. Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai baik dalam jangka pendek maupun untuk jangka panjang. Adanya penetapan tujuan berguna agar apa yang kita lakukan lebih terarah, lebih spesifik, dan apa yang akan dikerjakan nantinya tidak sia-sia. Sehingga aktifitas yang akan dilakukan lebih jelas perspektifnya.
Sebagai suatu contoh ketika seseorang hendak berwirausaha dalam bidang peternakan misalnya. Adanya pemilihan sektor wirausaha seperti bidang peternakan merupakan suatu keberminatan usahawan terhadap bidang yang akan digeluti dengan berbagai pertimbangannya. Tentunya dalam hal ini latar belakang tujuan yang hendak dicapaipun dirumuskan dengan teliti, apakah tujuan itu untuk mencari pengalaman berwirausaha, mempelajari ilmu sektor peternakan dan peluang pemasarannya, atau untuk tujuan komersialisasi semata. Dari contoh uraian tersebut dapat disimpulkan terjadi suatu kompleksitas tujuan untuk mencapai apa yang menjadi latar belakang dipilihnya suatu aktivitas dalam arti luas.

• Memilih tujuan yang mudah diselesaikan
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa penetapan tujuan berguna untuk memperjelas apa-apa yang hendak dicapai dalam suatu aktivitas. Agar suatu aktivitas tidak terkesan ambisius, ingin segera diselesaikan, dan ingin cepat memperoleh hasil dari aktivitas hendaknya memilih tujuan yang mudah diselesaikan. Dengan cara ini tingkat kesabaran akan keinginan memperoleh hasil sebagai akibat dari penetapan tujuan yang diharapkanpun dapat dikontrol, karena waktu yang diperlukan serta biaya pengorbanan untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlalu sulit, karena telah disesuaikan dengan daya individualitas masing-masing.

• Beri diri bonus
Adanya istilah bonus dalam konteks konsentrasi, merupakan suatu bentuk stimulus positif bagi tubuh untuk direspon oleh otak, -agar tetap semangat dalam berkonsentrasi.

• Tertariklah pada subyek
“Subjek merupakan bagian klausa berujud nomina atau frase nominal yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara”. (Kridalaksana, Harimurti. 1993 :204). Ada beberapa hal yang membuat kita tertarik pada subyek, seperti topik apa yang diketengahkan, bahasa komunikasi sekunder yang dipergunakan, dan adanya perasaan cocok dengan bahan yang dibaca.

• Mengkombinasikan antara mental dan fisik

Membaca merupakan proses psikologi. Sebagai suatu proses psikologis, kemampuan membaca dipengaruhi oleh intelegensi umum sebagai faktor yang terpenting. Faktor tersebut merupakan angka rata-rata perkembangan mental yang memiliki kaitan yang jelas dengan faktor lainnya, seperti: usia, sosial ekonomi, bahasa dan sebagainya.
Keterampilan membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai hasil (Burns, dkk. 1984). Sebagai suatu proses, membaca mencakup (a) proses visual, (b) proses berpikir, (c) proses psikomotorik, (d) proses metakognitif, dan (e) proses teknologi.
Pada sasat membaca, seorang pembaca melakukan aktivitas yang multi, dimulai dari aktivitas visual untuk membaca code penulis sebagai penyampaian pesan, dan informasi yang hendak disampaikan penulis, untuk menjadi sebuah decoding, hingga akhirnya sampai pada tahap Recording yang merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Dalam proses membaca seorang pembaca akan memulai proses berpikir sesuai dengan tingkat kemampuan membaca yang dimiliki pembaca. Adapun tingkat kemampuan membaca tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pembaca literal

Pada pembaca jenis ini, seorang pembaca hanya membaca, dan menerima begitu saja ide-ide serta penjelasan penulis mengenai apa yang menjadi ide atau gagasanya itu.

b. Pembaca kritis
Untuk pembaca kritis, seorang pembaca mulai merespon dengan pemikiran-pemikirannya terhadap ide atau gagasan yang disampaikan penulis, sehingga tidak mudah menerima begitu saja, akan tetapi ide beserta penjelasan penulis akan dihubungkannya dengan pengalaman dalam lingkungan nyatanya.
c. Pembaca Kreatif
Tahapan ini merupakan tahapan tertinggi bagi seorang pembaca, yang mana pembaca bukan hanya berhenti pada membaca kritis, untuk mengetahui maksud , dan tujuan penulis serta dapat memberikan penilaian atau komentar, akan tetapi dilanjutkan dengan adanya praktik yang diterapkan dalam kehidupan nyatanya sebagai sebuah hasil dari aktivitas membacanya.

• Memfariasikan aktivitas membaca
Seringkali jika bahan bacaan tidak bervariasi, pembaca akan mengalami tingkat kejenuhan terhadap bahan bacaannya, sehingga untuk memperoleh konsentrasipun terganggu, karena kurangnya mood. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah memfariasikan bahan bacaan apakah itu bersifat karya fiksi maupun nonfiksi. Adanya perbedaan karakteristik seperti bahasa yang digunakan, dan ciri sifat masing-masing, dianalogikan dapat membuatu suasana batin agar tidak jenuh, sehingga tetap konsentrasi pada bahan bacaan.


• Membuat daftar pengganggu
Pada saat membaca seorang pembaca harus dapat berusaha mengurangi atau mengeliminasi hal-hal apa yang dapat mengganggu terhadap daya konsentrasinya, guna memperoleh informasi yang diperlukan secara sistematis, dan jelas. Untuk itu pembuatan daftar penggangu dapat menjadi suatu solusi untuk mengatasinya. Pembuatan daftar penggangu ini dapat ditulis dalam kertas atau media lainnya sehingga kita tidak perlu mengingat-ngingat aktvitas yang akan dilakukan setelah kegiatan membaca.

• Menggunakan sistem waktu secara konsisten
Beragamnya aktivitas yang harus segera diselesaikan merupakan suatu hambatan tersendiri untuk berkonsentrasi terhadap aktivitas yang sedang dijalani, terkadang banyaknya aktivitas menimbulkan perspektif mana dahulu yang harus diselesaikan. Untuk itu bantuan tekhnologi pemenejan waktu akan membantu mengatur jadwal waktu anda ketika beraktivitas. Untuk memenej waktu anda dapat memanfaatkan daftar kerja yang ada dalam tekhnologi handphone, dengan cara itu selain kita menuliskan daftar kerja kita juga akan dibantu untuk mengerjakan tugas lain sesuai dengan waktunya. Sehingga konsentrasi anda ketika beraktivitas tidak terganggu.karena konsisten dengan waktu yang ada.

KEBIASAAN BAIK FISIK MAUPUN MENTAL YANG HARUS DIKEMBANGKAN AGAR DAPAT MEMBACA DENGAN BAIK

KEBIASAAN BAIK FISIK MAUPUN MENTAL YANG HARUS DIKEMBANGKAN AGAR DAPAT MEMBACA DENGAN BAIK

Sebagai proses psikologi membaca pada perkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya psikologi membaca, seperti intelegensi umum, usia mental, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, dan tingkat kemampuan membaca. Diantara faktor-faktor tersebut menurut Harris (1970), bahwa factor terpenting dalam masalah kesiapan membaca adalah intelegensi umum.
Pada setiap teks bacaan akan dijumpai beragam tingkatan teks bacaan, ada teks bacaan yang kesulitannya rendah, sedang, dan tinggi. Adanya tingkatan dalam teks bacaan merupakan salah satu karakteristik materi bacaan, dan pembaca itu sendiri. Untuk karya nonfiksi seperti sejarah-sejarah yang mencantumkan detail kejadian, nama-nama tokoh, periodiasi, dan lainnya yang berhubungan dengan fakta misalnya, akan lebih sukar untuk direspon apabila bacaan teks tidak sistematis, sehingga terkesan terputus-putus. Sedangkan suatu bacaan akan direspon dengan baik apabila bacaan tersebut sistematis, logis, dan kreatif penyampaianya. Hingga akhirnya pemahaman akan perseptual pembacapun terbangun dengan baik.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa tingkat bacaan akan berpengaruh terhadap persepsi, dan pemahaman seorang pembaca. Untuk itu pemilihan akan teks bacaanpun perlu diperhatikan adanya. Sebelum membaca biasanya seorang pembaca akan merumuskan tujuannya dalam membaca. Adanya hal demikian dapat membantu pembaca untuk memilih jenis bacaannya, apakah itu untuk menambah pengetahuan, dan wawasan keilmuannya atau hanya sekedar hiburan saja untuk mengisi waktu luang.
Ada beberapa jenis membaca yang didasarkan tujuan apa yang hendak dicapai pembaca. Adapun jenis-jenis membaca itu adalah sebagai berikut:
• Membaca intensif
Membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami teks secara tepat, dan akurat. Kemampuan membaca intensif adalah kemampuan memahami detail secara akurat, lengkap, dan kritis terhadap fakta, konsep, gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang ada dalam wacana tulis.

• Membaca ekstensif
Membaca ekstensif adalah membaca untuk kesenangan dengan penekanan pada pemahaman umum. Membaca ekstensif dilakukan dalam rangka menumbuhkan kesenangan dan kemauan membaca beragam wacana tulis dalam bahasa ttaet (bahasa yang sedang dipelajari). Dengan membaca ekstensif seseorang dapat meningkatkan kemampuan membacanya.

Membaca dimulai dengan aspek fisik, yakni mengenali kata-kata pada lembar cetakan dengan menggunakan organ mata. Oleh karena itu penggunaan pola gerak-pindah mata secara efektif diperlukan. Pada saat membaca mata akan bergerak berpindah-pindah dari satu sudut kesudut lainnya, untuk menangkap pengenalan fonem, morfem, klausa, frasa dalam suatu kalimat, paragraph, atau sampai pada wacana, hingga akhirnya diteruskan oleh otak untuk diproses sebagai suatu stimulus yang berasal dari luar organ tubuh manusia. Ketika pergerakan mata berlangsung sesekali mata akan melakukan fiksasi atau pemberhentian gerak mata pada suatu bagian kata atau mungkin kelompok kata, lalu mata kembali berpindah lebih lanjut kekanan dan berhenti lagi. Terkadang mata kembali kebagian yang telah lalu, yang seharusnya mata pada saat itu berpindah pada bagian teks selanjutnya. Gerak-pindah mata kembali kebelakang atau melakukan regresi akan menjadi suatu pengganggu bagi pembaca dalam memahami makna kalimat. Karena pada hakikatnya membaca merupakan suatu proses pengenalan kata-kata secara sintaksis-semantik. Adanya regresi pada saat membaca dapat pula menjadi pemecah konsentrasi pembaca pada saat membaca, karena kata-kata yang seharusnya berinterelasi satu-sama lain tiba-tiba terputus, karena adanya kata-kata yang tidak dipahami atau tidak diketahui arti maknanya. Oleh karena itu adanya perasaan percaya bahwa suatu konteks kata merupakan suatu kesinambungan yang membentuk interelasi makna merupakan suatu modal percaya untuk melanjutkan membaca pada teks yang selanjutnya.
Penggunaan sudut pandang yang salah ketika membaca dapat membuat saraf mata tegang. Hal ini dikarenakan adanya pemantulan cahaya terhadap mata, sehingga saraf mata merasa lelah. Walapun selain diakibatkan oleh penggunaan sudut baca yang salah, tingkat konsentrasi yang tinggi ketika membacapun secara fisik dapat mempengaruhi terhadap lelahnya organ fisik manusia. Oleh karena itu penggunaan sudut mata yang benar sekitar 90˚ dari titik pandang.
Mencegah aktivitas fisik yang berlawanan akan membantu agar fisik, dan mental tetap pada kondisi konsentrasi terhadap bahan bacaan. Memilih waktu yang sesuai untuk membaca adalah salah satu upaya untuk mencegah aktifitas fisik yang berlawanan pada saat kita membaca. Pilihlah waktu yang tingkat gangguannya minimal dengan kontras kebisingan yang disesuaikan dengan kebiasaan kita ketika kita berkonsentrasi.
Terdapat kebiasaan buruk ketika kita sedang membaca, seperti menggerakan kepala pada saat membaca, menggerak-gerakkan bibir saat membaca, dan menunjuk teks bacaan ketika sedang membaca. Adanya kebiasaan buruk ketika sedang membaca seperti telah disebutkan tadi dapat menghambat daya konsentrasi, memperlambat dan mengurangi pemahaman.
Adanya kebiasaan menggerak-gerakan kepala pada saat membaca berdampak pada rusaknya konsentrasi, memperlambat pemahaman akan bacaan, sehingga hasil membaca tidak optimal. Untuk itu perluaslah jangkauan mata terhadap bahan bacaan sehingga secara visual teks bacaan dapat disensor mata dengan jangkauan yang luas.
Pengenalan materi membaca yang dimulai membaca nyaring pada anak merupakan suatu usaha yang baik, sehingga anak belajar mengintonasikan bunyi bahasa secara ritmis, dengan tempo yang tepat. Selain itu juga dapat membantu anak untuk mengartikulasikan bunyi bahasa sesuai dengan titik artikulatoris yang dilakukannya. Untuk awal permulaan dalam membaca cara seperti ini bagus adanya. Akan tetapi berlanjut pada masa membaca tanpa suara, kebiasaan melafalkan bunyi bahasa yang dialihkan kepada membaca tanpa suara seringkali harus ada penyesuaian diri akibat adanya kebiasaan tadi, namun hal sedemikian ini sebenarnya dapat di kontrol dengan psikologi membaca, yang bisa dipengaruhi oleh faktor intelegensi umum, usia mental, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, dan tingkat kemampuan membaca. Pada orang dewasa idealnya psikologi membaca mereka telah berkembang, jika sering melatih diri dalam hal membaca.

Selasa, 05 April 2011

PERANAN PENTING MEMBACA BAGI KEHIDUPAN MANUSIA PADA ABAD INI

Dewasa ini arus informasi serta dukungan teknologi menjadi trend masa kini. Dengan mudahnya suatu informasi dapat menembus serta menyebar keberbagai penjuru dunia dengan dukungan iptek yang memadai. Kemudahan suatu informasi untuk masuk kedalam batas-batas Negara sehingga batas Negara seakan-akan tidak ada merupakan suatu pengaruh dari adanya globalisasi. Globalisasi yang terjadi tentu tidak terlepas dari factor pendukungnya yakni perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Didalam lingkungan masyarakat kita mengenal adanya istilah status serta peran, yang mana diantara keduanya menuntut suatu kefrofesionalan yang sesuai dengan status dan peran yang disandangnya. Untuk dapat seperti itu tentulah diperlukan sosok individu yang melek akan posisi dan perananya serta memiliki kemampuan dalam bidangnya. Adapun hal yang dapat menyokong terciptanya individu yang seperti itu adalah kecerdasan intelegensi umumnya, sebuah kecerdasan intelegensi dapat didapatkan apabila banyak stimulus-stimulus dari lingkungannya untuk direspon secara positif. Stimulus disini merupakan sebuah rangsangan yang timbul dari lingkungan tempat dimana seseorang bersosialisasi. Seseorang yang banyak mendapatkan rangsangan atau stimulus positif dari lingkungannya dipastikan perkembangan kepribadian serta kecerdasan intelektualnya akan berkembang dengan baik, -sehingga tuntuta akan peran dan status yang disandang oleh seorang individupun akan sesuai dengan proforsi dan frofesional.
Membaca merupakan suatu cara alternative untuk mencapai tujuan diats yakni proporsi dan professional dalam status dan peran individu, karena ada suatu hasil, yakni memperoleh informasi. Selain menyimak televisi, siaran radio, dialog interaktif, dan hal lainnya yang dapat dikategorikan kepada media menyimak. Sebenarnya membacapun merupakan sebuah kegiatan menyimak , namun dalam bentuk menyimak bahasa turunan dari ujaran yakni bahsa tulis. Ketika sedang membaca seorang pembaca akan menemukan berbagai fonem, frasa, klausa, dalam suatu kalimat, paragraph sampai akhirnya wacana. Pada prose situ telah terjalin suatu komunikasi tak langsung dari penulis kepada pembaca, apakah dalam ide-ide pokok, gagasan-gagasan, paradigm-paradigma, dan hal lainnya yang berupa hasil dari cipta, karya, dan karsa manusia dalam memandang suatu fenomena, baik secara social maupun nonsosial untuk direspon keberadaannya. Dengan adanya hal ini pembaca diajak merenungkan dan mengaitkan apa yang dibacanya dengan keadaan sebenarnya secara tidak langsung, seorang pembaca diajak untuk berfikir. Hal ini dikarenakan dalam suatu bahasa selalu terkandung filsafat-filsafat tertentu yang dirasakan memiliki manfaat-manfaat tersendiri sesuai dari persfektif mana yang ditinjau.
Membaca merupakan suatu proses penyampaian pesan, dalam bentuk komunikasi tak langsung (tulis). Antara bahasa tulis dengan bahhasa tuturan sangat jauh berbeda adanya. Itu semua diisebabkan, pada bahasa tuturan bahasa yang dipergunakan lebih sering berubah-rubah, adanya kecenderungan perubahan ini dikarenakan pada bahasa tuturan biasanya bersifat spontanitas tidak direncanakan dan merupakan sebuah respon yang cepat, dan spontanitas. Berbeda dengan bahasa tulis yang memiliki kecenderungan terstruktur, terarah (fokus) pada pembahasan, dan berkesan formal. Adanya hal seperti itru karena memang pada bahasa tulis ada suatu perencanaan pertimbangan tujuan yang hendak dicapai dengan perhitungan efek paradigmatik yang akan diterima oleh pembaca, sehingga pesan yang akan disampaikanpun dapat diarahkan dengan baik.
Membaca berguna bagi pemahaman akan kebahasaan seseorang (linguistik). Seperti kita ketahui bahwa membaca merupakan salah satu dari kelanjutan proses sosialisasi kebahasaan , yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Seseorang yang terbiasa dengan bahan bacaan yang beragam seta topik yang mengetengahkan persoalan yang beragam pula, mampu menambah kosakata bahasa. Sehingga khasanah kosakata untuk mengungkapkan pesan dan informasi dapat ditunjang dengan kepemilikan kosakata yang diperoleh dari berbagai sumber bahan bacaan atau bahan simakan untuk dapat dilanjutkan pada tahap kebahasaan.
PERANAN PENTING MEMBACA BAGI KEHIDUPAN MANUSIA PADA ABAD INI

Dewasa ini arus informasi serta dukungan teknologi menjadi trend masa kini. Dengan mudahnya suatu informasi dapat menembus serta menyebar keberbagai penjuru dunia dengan dukungan iptek yang memadai. Kemudahan suatu informasi untuk masuk kedalam batas-batas Negara sehingga batas Negara seakan-akan tidak ada merupakan suatu pengaruh dari adanya globalisasi. Globalisasi yang terjadi tentu tidak terlepas dari factor pendukungnya yakni perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Didalam lingkungan masyarakat kita mengenal adanya istilah status serta peran, yang mana diantara keduanya menuntut suatu kefrofesionalan yang sesuai dengan status dan peran yang disandangnya. Untuk dapat seperti itu tentulah diperlukan sosok individu yang melek akan posisi dan perananya serta memiliki kemampuan dalam bidangnya. Adapun hal yang dapat menyokong terciptanya individu yang seperti itu adalah kecerdasan intelegensi umumnya, sebuah kecerdasan intelegensi dapat didapatkan apabila banyak stimulus-stimulus dari lingkungannya untuk direspon secara positif. Stimulus disini merupakan sebuah rangsangan yang timbul dari lingkungan tempat dimana seseorang bersosialisasi. Seseorang yang banyak mendapatkan rangsangan atau stimulus positif dari lingkungannya dipastikan perkembangan kepribadian serta kecerdasan intelektualnya akan berkembang dengan baik, -sehingga tuntuta akan peran dan status yang disandang oleh seorang individupun akan sesuai dengan proforsi dan frofesional.
Membaca merupakan suatu cara alternative untuk mencapai tujuan diats yakni proporsi dan professional dalam status dan peran individu, karena ada suatu hasil, yakni memperoleh informasi. Selain menyimak televisi, siaran radio, dialog interaktif, dan hal lainnya yang dapat dikategorikan kepada media menyimak. Sebenarnya membacapun merupakan sebuah kegiatan menyimak , namun dalam bentuk menyimak bahasa turunan dari ujaran yakni bahsa tulis. Ketika sedang membaca seorang pembaca akan menemukan berbagai fonem, frasa, klausa, dalam suatu kalimat, paragraph sampai akhirnya wacana. Pada prose situ telah terjalin suatu komunikasi tak langsung dari penulis kepada pembaca, apakah dalam ide-ide pokok, gagasan-gagasan, paradigm-paradigma, dan hal lainnya yang berupa hasil dari cipta, karya, dan karsa manusia dalam memandang suatu fenomena, baik secara social maupun nonsosial untuk direspon keberadaannya. Dengan adanya hal ini pembaca diajak merenungkan dan mengaitkan apa yang dibacanya dengan keadaan sebenarnya secara tidak langsung, seorang pembaca diajak untuk berfikir. Hal ini dikarenakan dalam suatu bahasa selalu terkandung filsafat-filsafat tertentu yang dirasakan memiliki manfaat-manfaat tersendiri sesuai dari persfektif mana yang ditinjau.
Membaca merupakan suatu proses penyampaian pesan, dalam bentuk komunikasi tak langsung (tulis). Antara bahasa tulis dengan bahhasa tuturan sangat jauh berbeda adanya. Itu semua diisebabkan, pada bahasa tuturan bahasa yang dipergunakan lebih sering berubah-rubah, adanya kecenderungan perubahan ini dikarenakan pada bahasa tuturan biasanya bersifat spontanitas tidak direncanakan dan merupakan sebuah respon yang cepat, dan spontanitas. Berbeda dengan bahasa tulis yang memiliki kecenderungan terstruktur, terarah (fokus) pada pembahasan, dan berkesan formal. Adanya hal seperti itru karena memang pada bahasa tulis ada suatu perencanaan pertimbangan tujuan yang hendak dicapai dengan perhitungan efek paradigmatik yang akan diterima oleh pembaca, sehingga pesan yang akan disampaikanpun dapat diarahkan dengan baik.
Membaca berguna bagi pemahaman akan kebahasaan seseorang (linguistik). Seperti kita ketahui bahwa membaca merupakan salah satu dari kelanjutan proses sosialisasi kebahasaan , yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Seseorang yang terbiasa dengan bahan bacaan yang beragam seta topik yang mengetengahkan persoalan yang beragam pula, mampu menambah kosakata bahasa. Sehingga khasanah kosakata untuk mengungkapkan pesan dan informasi dapat ditunjang dengan kepemilikan kosakata yang diperoleh dari berbagai sumber bahan bacaan atau bahan simakan untuk dapat dilanjutkan pada tahap kebahasaan.

Senin, 04 April 2011

Rangkuman

• Proses membaca tidak identik dengan proses mengingat. Yang terpenting adalah menangkap pesan atau ide pokok bacaan yang baik.
• Membaca sebagai sebuah proses psikologis dipengaruhi oleh faktor yang bersifat psikis, seperti motivasi, minat, latar belakang sosial-ekonomi, dan tingkat perkembangan dirinya, seperti intelegensi , dan usia mental (mental age).
• Membaca sebagai sebuah proses sensoris, dimulai dari melihat (bagi mereka yang normal ), dan meraba ( bagi mereka yang tuna netra), dalam hal ini yang di sensor adalah lambang-lambang bunyi
• Kesiapan penglihatan untuk membaca pada anak ada pada usia 5-6 tahun, karena telah dianggap telah memiliki kompetensi koordinasi binakular, persepsi dalam pemfokusan pengaturan, dan pengubahan perasaan secara bebas.
• Kelemahan penglihatan yang umum diderita anak-anak adalah kekeliruan kesipian (refrective eror), yakni kondisi mata yang tidak terpusat. Salah satu jenis keliru kesipian adalah hipermetropia (pandangan jauh). Kedua miopia (pandangan dekat). Ketiga astigmatisme (gabungan antara hipermetropia, dan miopia pada masing masing bagian mata).
• Membaca sebagai sebuah proses perseptual. Pada tahap ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni melihat, dan mendengar.
• Vernom (1962) “proses perseptual pada membaca terdiri atas empat bagian”.
1. Kesadaran akan rangsangan visual;
2. Kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum kata-kata.
3. Klasifikasi lambang-lambang visual untuk kata-kata yang ada didalam teks yang umum;
4. Identifikasi kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya;
• Stimuli jika diasosiasikan akan memiliki makna.
• Untuk mengembangkan kemampuan membaca pada anak harus terjadi mediasi atau pengalihan pengalaman.
• Persepsi seorang anak berpengaruh dan dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, pengalaman, emosi, kematangan, dan kepribadian.
• Membaca sebagai proses perkembangan dimulai sejak seorang individu bersosialisasi.
• Kemampuan membaca bergerak teratur, oleh karena itu perlu adanya penyiapan kesiapan seorang anak pada taraf perkembangan kemampuan selanjutnya.
• Membaca merupakan proses yang dipelajari, yang dalam pemerolehannya sangat tergantung dari upaya yang dilakukan, dan proses yang dijalani.
• Membaca bukan suatu subjek melainkan suatu proses, oleh karena itu membaca dijadikan suatu alat untuk perolehan sumber pertolongan dalam persoalan, dan bukan sebagai tugas.
• Membaca sebagai proses perkembangan keterampilan berbahasa. “Membaca merupakan salah satu dari empat komponen keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis”. (Tarigan, 1980).
• Perkembangan membaca bersifat objektif, karena dalam perkembangannya tidak tergantung pada materi, metode, ataupun tingkatan-tingkatan akademis.
• Kemampuan membaca beersifat berlanjut pada seorang individu apabila individu menguasa keterampilan prasyarat.
• Kemampuan membaca dapat digeneralisasikan, jika seorang anak atau individu telah menguasai cara memahami kata secara mandiri, sehingga tidak terjadi masalah dalam memaknai kata tersebut.




Sopyan Hardyansyah
Kelas B Semester Dua
Prodi Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Minggu, 03 April 2011

MENYIMAK, BERBICARA, MEMBACA, DAN MENULIS BESERTA HUBUNGANNYA

MENYIMAK, BERBICARA, MEMBACA, DAN MENULIS
BESERTA HUBUNGANNYA

Adanya pernyataan bahwa kegiatan membaca bukan hanya sekedar melafalkan tulisan dirasakan benar adanya. Ketika kita membaca jalinan kemampuan visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif, semuanya ikut terlibat pada saat kegiatan membaca berlangsung , bahkan jauh-jauh terjadi sebelum kegiata membaca tersebut dilakukan, khususnya hal tersebut terjadi ketika berkenaan dengan informasi apa yang hendak dicari, digali, atau dipelajari dan hal tersebut termasuk pada tujuan membaca. Ada beberapa tujuan ketika pembaca hendak membaca bahan bacaannya, misalnya membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah), membaca untuk tujuan menagkap garis besar bacaan, membaca untuk menikmati karya sastra, membaca untuk mengisi waktu luang, membaca untuk mencari keterangan suatu istilah dan lain sebagainya. Oleh karena itu menentukan suatu tujuan ketika kita hendak membaca merupakan hal yang mutlak direncanakan sebelum membaca supaya proses membaca akan lebih terarah. Penentuan tujuan membaca sesuai dengan keperluannya merupakan proses awal dari berpikir pembaca .
Membaca merupakan suatu kegiatan yang melibatkan organ mata untuk tujuan visualisasi pengenalan kata dalam satu kalimat, paragraph atau wacana. Hal ini dikarenakan penyampaian pesan informasi dikemas dalam bentuk lambang-lambang bunyi yang dinamakan dengan huruf dengan bahasa tertulis dan bukan melalui bahasa tuturan. Bahasa tulis dikatan lebih berstruktur, tetap, dan terorganisasi dengan baik, sehingga pesan yang berupa informasipun dapat mudah dipahami karena lebih sistematis, logis, dan kretif. Dapat dikatakan demikian karena pada suatu paragraph biasanya terdapat ide pokok atau gagasan utama dan gagasan pendukung untuk memperjelas ide pokok tersebut. Selain itu pemilihan kata untuk menyampaikan informasi atau pesanpun sering kali dipertimbangkan sebelumnya. Berbeda dengan bahasa tulis bahasa lisan atau bahasa tutur merupakan kebalikan dari bahasa tulis, yang bercirikan bahasanya kurang berstruktur, dan cenderung berubah-ubah, hal ini dikarenakan pada bahasa tutur aspek spontanitas adalah hal yang paling diutamakan.
Selain membaca sebagai proses visualisasi, dan melafalkan tulisan, membaca juga merupakan sebuah proses psikolinguistik. Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia (Slobin, 1974; Meller, 1964; Slama Cazahu, 1973). Dengan kata lain, proses psikolinguistik yang terjadi pada pembaca akan meliputi pada pemahaman hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur ini diperoleh, oleh karena itu kemampuan linguistik pembaca akan menentukan pada pemahaman pembaca terhadap bahasa tulis dalam bahan bacaan. Dapat dikatakan demikian karena pada saat membaca pembaca akan memulai mengidentifikasi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik yang ada terdapat dalam kalimat, paragraph, dan wacana.
Sebenarnya psikolinguistik itu sendiri terdiri atas dua morfem, yakni psikologi dan linguistik. Keduanya masing-masing memiliki konteks makna yang berbeda satu sama lain, namun keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek materialnya saja yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa. Dengan demikian cara dan tujuannyapun juga berbeda. Akan tetapi setelah kedua bidang keilmuan tersebut tergabung menjadi satu, sehiungga menciptakan suatu bidang keilmuan yang akrab disebut dengan psikolinguistik. Psikolinguistik tersebut mempelajari bagaimana perilaku berbahasa alam konteks kebahasaan.
Haris (1970) menyebutkan bahwa kesiapan membaca adalah intelegensi umum. Dalam kegiatan membaca seorang individu mengalami proses psikologis, seperti intelegensi umum, usia mental, bahasa, kepribadian, sikap, kemampuan persepsi, dan tingkat kemampuan membaca. Tingkatan kemampuan membaca dibagi kedalam tiga ketas, yakni membaca literal, membaca kritis, dan membaca kreatif.
Kemampuan membaca literal merupakan kemampuan pembaca untuk memahami kata kata dalam kalimat, paragraph maupun wacana berdasarkan makna yang dipahaminya. Pada proses ini seorang pembaca literal belum sampai pada pemahaman persepsi mengenai bahan bacaannya dikarenakan belum ada tanggapan kritis pada teks bacaannya.
Berbeda dengan kemampuan membaca literal, pada tahap membaca kritis, seorang pembaca tidak sampai berhenti puas terhadap bahan bacaannya, baik uraian pengarang (sistematika penjelasan), bahasa yang dipergunakan, bahkan istilah ilmiah yang dipergunakan. Akan tetapi pada pembaca dengan kemampuan membaca kritis, pembaca berusaha untuk bertanya mengapa, dan bagaimana semua itu dapat terjadi. Oleh karena itu pada pembaca tahap ini, intelegensi umum sangat diperlukan sebagai modal utama untuk menanggapi permasalahan yang diketengahkan dalam bahan bacanya.
Sampai pada tahap membaca kreatif, pembaca pada tingkatan ini, selain kritis terhadap permasalahan konteks makna bacaan, serta disertai adanya usaha untuk mengaitkan dengan keadaan yang ada, pada tahap membaca kreatif seorang pembaaca berusaha untuk mengaplikasikan hasil dari ilmu pengetahuannya setelah membaca terhadap kehidupannya.
Sebelum melakukan aktivitas membaca seorang pembaca pada umumnya menetapkan tujuan ketika hendak memilih bahan bacaannya. Berkaitan dengan tujuan membaca, ada beberapa tujuan yang biasa digunakan oleh seorang pembaca sebelum memulai aktivitas membacanya seperti:
• Membaca untuk mengisi waktu luang.
• Membaca untuk memperoleh informasi.
• Membaca untuk menambah ilmu pengetahuan.
• Membaca untuk menghibur diri (to entertain).
• Membaca untuk menemukan gagasan-gagasan suatu bacaan, dan lain-lain disesuaikan dengan tujuan pembaca.
Hubungan antara kegiatan membaca dengan proses menyimak. Membaca dapat dikatakan sebagai proses menyimak, dalam hal ini bahan yang disimak adalah bahasa. Bahasa itu sendiri merupakan “system lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri” (Kridalaksana, harimurti. 1993. Kamus Linguistik :21). Dalam bahasan ini bahasa yang disimak adalah bahasa turunan dari parol atau ujaran, yakni bahasa tulis. Penyimak: Jika menyimak bahasa tuturan, yang disimak merupakan lambang-lambang bunyi dari sipenutur, sedangkan penyimak: jika menyimak bahasa tulis, menyimak lambang bunyi yang dilukiskan dengan huruf. Huruf (letter, script, alphabet) “tanda yang dipakai dalam aksara untuk menggambarkan bunyi manusia”. (Kridalaksana, harimurti. 1993. Kamus Linguistik :79).
Hubungan antara menyimak dengan berbicara. Baik menyimak bahasa parole maupun bahasa tulis, keduanya memberikan manfaat dalam hal penambahan kosakata bahasa. Kosakata bahasa diikuti dengan pemahaman akan penempatan kosakata dalam konteks kebahasaan, sehingga penempatan fonem, morfem, frasa, klausa, dalam bahasa ujaran, terasa terstruktur dengan baik. Dengan kata lain seorang penyimak bahasa baik itu bahasa parole maupun bahasa tulis, penyimak bahasa akan mengalami proses perkembangan linguistik pada dirinya.
Pemahaman akan penempatan kosakata sebagai alat dalam bahasa untuk berkomunikasi, bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri akan bermanfaat sebagai alat untuk bersosialisasi dengan anggota masyarakat sehingga ada analogi mudah diterima, karena bahasa yang mudah dimengerti, dipahami, dan disepakati bersama oleh masyakat.
dari menyimak lambang-lambang lisan yang telah dilakukan individu sejak ia bersosialisasi dengan bahasa ibu (mother language), yang dimulai dengan tahap meniru bunyi sampai akhirnya individu tersebut dapat berbicara untuk berkomunikasi, bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bila seorang individu hanya menguasai satu bahasa saja, yakni bahasa ibu atau mother language, seorang individu tersebut dapat dikatakan memiliki kemampuan mono language, sedangkan individu jika ia dapat manguasai labih dari satu bahasa, maka individu tersebut dikatakan poly language. Bahasa lisan seringkali berubah-ubah atau tidak berstruktur, sehingga seringkali pesan yang hendak disampaikan tidak terfokus kepada titik permasalahan, dikarenakan sifatnya yang spontan, dan tidak terencana. Berbeda dengan bahasa tulis sifatnya yang terencana melalui pemikiran-pemikiran terlebih dahulu, membuat bahasa tulis dapat distrukturisasikan secara baik sebelum ditulis dalam bentuk kata, dan konteks kata untuk menyiasati paradigma dalam berkomunikasi, sehingga pesan yang hendak disampaikan oleh sender kepada receiver mudah dipahami, dan dimengerti, maksud serta tujuannya.



Penulis,

Sopyan Hardyan

KEBUDAYAAN BESERTA INOVASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP ANGGOTA MASYARAKAT

KEBUDAYAAN BESERTA INOVASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP ANGGOTA MASYARAKAT

KEBUDAYAAN BESERTA INOVASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP ANGGOTA MASYARAKAT

Kebudayaan merupakan suatu hasil dari peradaban manusia. Ia terlahir dari berbagai aktivitas manusia dalam konteks lingkungan. Jika dilihat dari perspektif lingkungan itu sendiri, lingkungan terbagi atas dua bagian besar, yakni lingkungan fisik, dan lingkungan nonfisik. Lingkungan fisik meliputi letak geografis, bentang alam, keadaan alam (suhu, udara, air, dan tanah), dan kekayaan alam (aspek biotic, dan aspek nonbiotik). Selain lingkungan fisik juga terdapat lingkungan nonfisik. Lingungan non fisik adalah lingkungan yang tidak berhubungan dengan kondisi fisik alam, akan tetapi titik fokusnya terletak pada kehidupan mansia, seperti ekonomi, social, politik, filsafat, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kehidupan social dalam masyarakat. Situasi dan kondisi lingkungan yang disebutkan diatas yang menunjang terhadap aktivitas manusia tersebut, mengakibatkan perbedaan pada cara bagaimana suatu kebudayaan terbentuk, sebagai hasil dari cipta, karya, dan karsa manusia dalam aktivitasnya.
Dewasa ini kebudayaan menemukan berbagai inovasi atau kebaruan. Salah satu factor penyebabnya adalah banyaknya kebudayaan lain yang masuk terhadap lingkungan, sehingga terbentuklah kebudayaan multicultural, sebagai akibat dari adanya proses perpaduan kebudayaan yang satu dengan yang lainnya, sehingga menciptakan kebudayaan baru yang sama sekali baru, kebudayaan hasil perpaduan antara dua kebudayaan akan tetapi tidak menghilangkan kebudayaan aslinya.
Adanya kebudayaan yang beragam atau biasa disebut sebagai kebudayaan yang multikultural, dapat menambah khazanah kebudayaan yang ada, namun masalah yang timbul kemudian adalah diperlukannya toleransi sosial dari masyarakat untuk saling menghargai kebudayaannya satu sama lain, sehingga tercipta kerukunan social, hingga akhirnya dapat memperkuat identitas nasional, karena adanya perasaan saling memiliki antara satu dengan yang lainnya.
Kebudayaan sebagai hasil produk dari karya, cipta, dan karsa manusia, yang berdasarkan kesepakatan bersama diakui keberadaanya, serta didalamnya selalu memuat aturan-aturan tertentu berdasarkan masyarakat tertentu pula, dan konteks lingkungan tertentu pula.
Adanya perubahan kebudayaan baik secara cepat (revolusioner), maupun secara lambat (evolusionerU), jika anggota masyarakat belum siap dengan perubhan kebudayaannya maka sering terjadi pergeseran tatanan nilai, dan norma dalam masyarakat.